KONSEP BELAJAR DAN HAKIKAT BELAJAR MENURUT ISLAM

 

KONSEP BELAJAR DAN HAKIKAT BELAJAR
KONSEP BELAJAR DAN HAKIKAT BELAJAR MENURUT ISLAM

Belajar merupakan hak dan kewajiban bagi setiap orang. baik Negara maupun agama mengatur tentang perintah mengenai pendidikan setiap diri seseorang. terkadang banyak diantara kita tidak mengetahu untuk apa kita belajar dan seberapa pentingnya kita harus belajar. untuk itu, perlu kita mengetahui tentang apa itu konsep dan hakikat belajar. supaya kita lebih giat dan termotivasi untuk terus menuntut ilmu. namun, di artikel kali ini kami akan membahas tentang seperti apa sebenarnya konsep dan hakikat belajar menurut agama islam.

 

Mengapa Harus Belajar?

Uraian materi ini kita awali dengan sebuah pertanyaan mendasar, mengapa kita harus belajar? Sejak kecil kita sering mendengar perintah dari kedua orang tua untuk belajar dengan rajin. Terkadang akhirnya mereka mengeluarkan kata-kata yang sedikit keras (tegas) agar kita menuruti perintah tersebut.

 

Konsep dan Hakikat Belajar Menurut Islam

Anda tentu masih memiliki memori yang kuat bagaimana pesan orang tua atau kakek-nenek ketika Anda akan berangkat ke sekolah. "Belajarlah yang rajin ya nak, agar kamu menjadi anak hebat dan pintar", begitu kata mereka. Ketika Anda mengaji, guru ngaji atau ustadz pun menyampaikan bahwa agama mengharuskan Anda untuk belajar dan menuntut ilmu bahkan dari buaian sampai ke liang lahat (kubur). Itu berarti kita harus belajar sepanjang hayat (seumur hidup). Marilah sejenak untuk merenungi firman Allah dalam QS. Al-Imran (ayat 190-191) dan QS. Al-Ankabuut (ayat 19-20) berikut ini.

 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah snmbil berdiri atau duduk atau dalam keadaan bet-baring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhnn Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Al-Imran: 190-191). dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa alas segala sesuatu (QS. Al-Ankabuut: 19-20).


Menurut tafsir Al-Maraghi, surat Al-Imran ayat 190 menjelaskan bahwasanya dalam kesempurnaan penciptaan langit dan bumi serta keindahannya, dalam pergantian siang dan malam, terdapat dalil-dalil yang menunjukan keesaan Allah SWT. Demikian pula pada panas dan dingin, serta pada binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut nyata berbekas pada tubuh dan akal kita akan kesempurnaan ilmu dan kodrat- Nya. Sementara itu, ayat 191 menerangkan karakteristik ulil albab, yaitu selalu melakukan aktivitas dzikir dan berpikir sebagai metode untuk memahami alam, baik ghaib maupun nyata. Orang kuat adalah orang yang memperhatikan langit dan bumi beserta isinya kemudian mengingat dalam segala keadaanya, baik Saat berdiri, duduk, maupun berbaring akan nikmat Allah SWT dan keutamaanya hidup di alam semesta.

 

Tafsir Ibnu Katsir mencoba menjelaskan Surat Al-Ankabuut ayat 19 dan 20, bahwa Allah SVVT menegaskan bila orang-orang kafir tidak percaya bahwa Allah Maha Esa menurut apa yang disampaikan oleh rasul-rasul-Nya, maka mereka diajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri mereka sendiri. Allah SWT yang menciptakan pada sebelumnya bukanlah sesuatu yang disebut-sebut(yakni tiada), mereka ada dan menjadi manusia yang dapat melihat dan mendengar. Allah SWT mulai menciptakan dan mampu mengembalikanya dan menjadi hidup kembali. Sesungguhnya mengembalikan dan menghidupkan kembali itu mudah dan ringan bagi-Nya. Kemudian Nabi Ibrahim memberi petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam kekuasaan dan tanda kebesaran Allah, yaitu langit dan bintang-bintang, baik yang bersinar maupun tetap beredar dan semua yang menunjukan adanya penciptaan.


Muara dari kedua ayat tersebut adalah adanya perintah Allah SWT kepada manusia untuk menggunakan akal pikiran (melakukan aktivitas berpikir) dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

 

IPTEK tentu tidak akan dikuasai tanpa belajar. Oleh karena itu, belajar tentu menjadi sebuah konsekuensi dari aktivitas menuntut ilmu. Menurut Umar (2010) dalam menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan, Allah menggunakan ungkapan yang bervariasi. Kadang-kadang Allah menggunakan perintah agar manusia membaca karena kegiatan itu akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat dalam Surat Al 'Alaq ayat 1 sampai 5. Kadang-kadang Allah memakai perintah mengamati fenomena alam semsesta. Pengamatan akan melahirkan ilmu pengetahuan pula. Ungkapan ini ditemukan antara lain dalam Surat Al-Ghåsyiyah ayat 17 sampai 20. Allah SWT pada tempat lain menggunakan motivasi dengan ungkapan mengangkat derajat orang yang berilmu pengetahuan dan yang beriman. Motivasi ini akan mendorong orang untuk belajar. Pernyataan ini dapat dilihat antara lain dalam QS Al-Mujadilah ayat 11. Sehubungan dengan perintah Allah SWT tersebut, Rasulullah SAW pun pernah bersabda, sebagai berikut.

 

Ibnu Mas'ud meriwayatkan, "Rasulullah SAW berkata kepadaku 'Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al-Qur'an dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorangpun yang dupat menyelesaikannya. "

 

Menurut Umar (2010) dalam hadis ini, ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari 'al-'ilm', 'al-faraid' dan 'al-Qur'an'. Menurut Ibnu Mas'ud, ilmu yang dimaksud adalah ilmu syariat dan Segala jenisnya. Al-Fara'id adalah ketentuan-ketentuan baik ketentuan Islam secara umum maupun ketentuan tentang harta warisan. Mempelajari Al-Quran mencakup menghafalnya dan mengajarkan pada orang lain. Dengan adanya orang belajar, ilmu pengetahuan itu tidak akan hilang. Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan, dalam hadis di atas, setelah dipelajari ia harus diajarkan kepada orang lain. Masih banyak hadis- hadis yang secara tegas menyampaikan kewajiban menuntut ilmu pengetahuan.

 

 

Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka jelaslah bahwa kita harus belajar agar dapat menguasai serta mengikuti tren perkembangan IPTEK.Selanjutnya, IPTEK itu digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita, "mengapa, bagaimana, dan untuk apa Allah SWT menciptakan ini semua?". Potensi yang dimiliki manusia sebagai sebuah kelebihan yang diberikan Allah SWT akan mendorong untuk selalu mencari dan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.

 

Akhirnya, dengan melakukan berbagai kegiatan belajar kita akan mensyukuri aneka kelebihan yang telah diberikan Allah SWT. Akan selalu terbesit dalam hati, "segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam" Kualitas keimanan dan ketaqwaan kita pun akan semakin bertambah setiap kali belajar dan memperdalam IPTEK.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel